SeAbad
Seabad umurnya, ketika ia pertama di tata...
Subuh itu, saat fajar sedang malu-malu...
Mereka terbakar panasnya jiwa...
Membara di kala dahaga...
Dhuha menjadi saksi..
Saat raga di bungkam, mata rantainya lepas...
Seakan kekuatan Jumat Ramadhan
dan 3/4 bulannya...
Bukan fatamorgana di tengah sahara..
Namun ini sang saka dan ikrarnya...
Serentak menapak...
Satu nyanyian diantara ribuan nada...
Menjadi 2 warna diantara jutaan Kasta...
Seabad lamanya, kini semua tak seirama...
Sumbang nada menggiring jalannya...
Rantai diikat di tiang kuasa...
Mengalun lagu di Kutuk Durhaka...
Tawanya dirampas hingga masuk ke lapas...
Duh Malang nian si Dara...
Bapaknya berutang ia jadi sandera...
Ibunya kembali menangis...
Si anak mulai anarkis...
Tembak peluru dengan sinis...
Si Putra tumbang diaspal sambil meringis...
Si Ibu kembali menangis...
Memanjat doa dimalam gerimis...
Si Bapak tak tau rupa...
Menikmati wayang bersandiwara...
Ia berkuasa lalu jadi durjana...
Seabad...
Kita rindu para panglima...
Menghapus air mata ibu tercinta...
Namun semua sudah terlena...
Bermain Gadget di dunia maya...
Dunia hanya maya... Akhirat sebenarnya...
Namun ia lupa...
Hingga membenci saudara...
Mungkin ia akan sadar..
Saat peristiwa seabad lalu mulai jadi nyata...
Komentar
Posting Komentar